Tuesday, October 18, 2011

Jika Diri Dikeji...

Jika diri dikeji... telitilah, muhasabahlah... adakah kejian itu sesuatu yang benar dan tepat?

Jika benar dan tepat, kejian itu mesti dilihat sebagai “teguran” daripada Allah melalui lidah manusia. Koreksi dan perbaikilah diri segera.

Namun sekiranya kejian itu tidak benar, apa hendak dirisaukan? Bukan manusia yang menentukan mudarat dan dosa. Biarkan ia berlalu, jangan takut kepada orang yang mencerca!

Hadapi emosi si pengeji yang panas berapi dengan kepala sedingin salji.

Jadikanlah marah umpama api di dapur hatimu. Panasnya, biar berpadanan. Jangan terlalu kecil, hingga tindakanmu kelihatan “mentah”. Jangan pula keterlaluan hingga peribadimu hangus terbakar!


Dipetik dari Majalah Solusi
Melalui ruangan Intipati

The Value Of Time

The value that you place on your time will determine what you receive in return for it. If you are careless and wasteful with your time, you'll have very little to show for it. When you see your time as precious, making an effort to get the most from every minute will result in success and achievement.

The wealthy businessperson, the winning athlete, the accomplished musician all have the exact same number of hours in the day as everyone else. Yet because they value, appreciate and make the most of each moment, their lives are filled with exceptional accomplishment.

If you have the feeling that there aren't enough hours in the day, consider how you're using those hours that you do have. There's always something you can do, to get more out of them.

Time can work for you or against you, depending entirely on the degree to which you utilize each priceless moment. Value your time and it will bring value to you.

-Ralph Marston

HUKUM MENGUCAP SELAMAT KEPADA PERAYAAN AGAMA LAIN

Soalan:

Saya pernah terbaca bahawa haram bagi orang Muslim mengucapkan 'selamat menyambut' hari perayaan kepada orang kafir sempena perayaan mereka seperti 'Selamat Menyambut Hari Depavali' atau ' Selamat Menyambut Hari Krismas' kerana seolah-olah kita mendoakan mereka selamat dengan kekufuran mereka. Bagaimana jika hanya menyebut 'Happy Deepavali' atau 'Merry Christmas' kerana pada saya ianya bukan doa untuk mereka tetapi hanyalah ucapan.

Jawapan :

Kita tidak diharuskan bersama-sama mereka menyambut perayaan mereka sebagaimana kita menyambut hari raya kita.

Adapun sekadar memberi ucapan selamat atau menziarahi mereka di rumah (bukan di kuil atau dalam majlis khusus yang diadakan sempena perayaan mereka) insyaAllah, harus.

Memberi ucapan selamat tidak semestinya kita mendoakan selamat untuk agama mereka atau untuk kekufuran mereka. Kita boleh niatkan doa untuk mereka "agar mereka diselamatkan Allah dari kesesatan mereka dan masuk Islam".

Ada riwayat menceritakan; seorang Majusi memberi salam kepada Ibnu Abbas r.a. (seorang sahabat Nabi); "Assalamu 'alaikum". Lalu Ibnu 'Abbas menjawab; "Wa alaikumussalam Wa Rahmatullah". Maka sahabat-sahabatnya (yang ada bersamanya) berkata kepadanya; "Adakah kamu mendoakan rahmat Allah untuknya?". Ibnu 'Abbas menjawab; "Tidakkah dia hidup sekarang ini dengan rahmat Allah?". Maksud Ibnu 'Abbas; rahmat Allah tidak semestinya bermaksud rahmat di akhirat (yang khusus untuk orang beriman), ia juga bermaksud rahmat di dunia yang dianugerah Allah bukan sahaja untuk orang Islam, tetapi juga untuk orang kafir.

Di dalam al-Quran, Allah hanya melarang kita untuk berbaik-baik dengan orang kafir yang memusuhi Islam dan umat Islam. Adapun orang kafir yang menghormati Islam dan umat Islam, Allah tidak menegah kita untuk berbaik-baik dengan mereka. Dari kebaikan kita itulah akan menjadi contoh kepada mereka dan menjadi pendorong kepada mereka untuk menerima Islam, Insya Allah.

Perhatikan firman Allah (bermaksud); “Allah tidak melarang kamu daripada berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang (kafir) yang tidak memerangi kamu kerana agama (kamu), dan tidak mengusir kamu dari kampung halaman kamu. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanyalah melarang kamu daripada menjadikan teman rapat orang-orang yang memerangi kamu kerana agama (kamu), dan mengusir kamu dari kampung halaman kamu, serta membantu (orang lain) untuk mengusir kamu. dan (ingatlah), sesiapa yang menjadikan mereka teman rapat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
- (al-Mumtahanah, ayat 8-9)

Wallahu a'lam.

Posted by USTAZ AHMAD ADNAN FADZIL

Thursday, October 13, 2011

Mengelakkan Musuh

Untuk mengelakkan musuh, jadikan sebagai wirid Ayat 30 dari Surah Al-Ankabut, dibaca 7x setiap lepas solat fardhu.



"...Wahai Tuhanku, tolonglah daku terhadap kaum yang melakukan kerosakan (menderhaka)".

Weakness Or Strength?

We all have weaknesses, and yet our weaknesses do not have to make us weak. We're all different, with unique perspectives and abilities. Weakness in one area is a good sign of strength somewhere else.

Someone who is "lazy", and unwilling to put forth any more effort than is absolutely necessary, could be very skilled at determining the most efficient way to get things done.

Someone who is shy and afraid to speak up, could be a very effective and observant listener.

Someone who has difficulty with remembering details, could be extremely skilled at seeing the big picture.

You've managed to get this far along in life, in spite of your weaknesses, whatever they may be. Consider the strengths you've developed to compensate for them. When you think about it that way, you see that your weaknesses have actually been a catalyst for personal growth.

That's not to say that you should sit back and accept your weaknesses. Areas of weakness offer the greatest potential for overall improvement in your performance.

If you put all your effort into improving the areas where you're already strong, you'll only make incremental improvements. However, when you work to overcome your most limiting weaknesses, the results can be dramatic.

Yes, you have weaknesses. We all do. Yet even those weak areas offer the opportunity to find new strength.

-Ralph Marston

Kumpulan Kebaikan

Hadith :

Daripada Abu Hurairah r.a, daripada Nabi SAW bersabda maksudnya: ”Sesiapa yang melepaskan sesuatu kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan dari kesusahan hari Akhirat; dan sesiapa melapangkan seorang yang berada di dalam kesempitan, Allah akan melapangkan untuknya di dunia dan di akhirat; dan sesiapa yang menutup keburukan saudaranya, maka Allah akan menutup keburukannya di dunia dan akhirat; dan Allah pasti menolong hamba-Nya selagi mana hambanya menolong saudaranya. Dan sesiapa mengikuti satu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan untuknya jalan ke syurga. Tidak berkumpul satu kaum di dalam rumah dari rumah-rumah Allah dan saling belajar dan mengajar antara satu sama lain melainkan turunlah ketenangan atas mereka, rahmat meliputi mereka, para malaikat mengerumuni mereka dan Allah akan menyebut (nama-nama) mereka di sisi-Nya. Dan sesiapa yang kurang amalannya, maka nasab (keturunannya) tidak akan dapat menyempurnakannya.”

- (Muslim)


Huraian:

Masyarakat Islam adalah seperti satu jasad yang setiap anggota akan merasai apa yang dirasai oleh orang lain malah mereka juga bersama-sama berkongsi kegembiraan. Maka antara yang menjadi kewajipan penting seorang Muslim ialah agar segera melepaskan kesempitan yang dialami oleh saudaranya. Dengan cara ini masyarakat yang sempurna dan tolong-menolong dapat diwujudkan.

Sebaliknya mencari-cari keburukan orang lain dan menyebarkannya pula adalah satu tanda kemunafikan kerana disebabkan perkara tersebut sesuatu kejahatan yang dilakukan itu boleh menjadi pemangkin kepada orang yang sepertinya agar lebih agresif dan liar dengan kejahatan hingga seluruh masyarakat menjadi rosak.

Sesungguhnya balasan Allah SWT kepada makhluk-Nya adalah dalam bentuk yang menyerupai amalan yang dilakukan itu.