Thursday, July 19, 2012
Doa Ketika Bencana
Maksudnya:
Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, Yang Maha Agung lagi Maha Lemah Lembut. Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, Tuhan Arasy yang agung, tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, Tuhan langit dan bumi dan Tuhan Arasy yang mulia.
BAGAIMANA RASULULLAH MEMAKAI CINCIN?
Soalan:
Bagaimana cara memakai cincin yang mengikut sunnah? Memakai di tangan kanan atau kiri dan di jari mana?
Jawapan:
1. Memakai cincin harus di tangan kanan dan juga tangan kiri.
Menurut Imam an-Nawawi; “Telah ijmak para ulamak bahawa harus memakai cincin di tangan kanan atau tangan kiri. Di sebelah mana kita memakainya tidaklah dimakruhkan.”
- (Syarah Soheh Muslim).
Merujuk kepada hadis-hadis, terdapat hadis menceritakan Nabi memakai cincin di tangan kanannya dan ada juga hadis baginda memakainya di tangan kiri.
2. Dalil keharusan memakai cincin di tangan kanan ialah:
a) Dari Saidina Ali r.a. menceritakan; “Sesungguhnya Nabi s.a.w. memakai cincinnya di tangan kanannya”.
- (Riwayat Imam at-Tirmizi)
b) Hammad bin Salamah menceritakan; “Aku telah melihat Abi Rafi’ memakai cincin di tangan kanannya, maka aku bertanya kepadanya tentang hal tersebut. Lalu ia menjawab; ‘Kerana aku telah melihat Abdullah bin Jaafar r.a. (seorang sabahat) memakai cincin di tangan kanannya dan ia (yakni Abdullah) berkata kepadaku; ‘Adalah Rasulullah s.a.w. memakai cincin di sebelah tangan kanannya’”.
- (Riwayat Abu Daud, at-Tirmizi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
3. Adapun dalil bagi tangan kiri;
a) Dari Anas dan Ibnu Umar keduanya menceritakan; “Adalah Nabi s.a.w. memakai cincin di tangan kirinya”.
- (Riwayat Imam Muslim dari Anas dan Abu Daud dari Ibnu Umar)
b) Dari Jaafar bin Muhammad yang meriwayatkan dari bapanya yang menceritakan; “Adalah Hasan dan Husain (cucu Nabi), kedua-dua mereka memakai cincin di tangan sebelah kiri mereka.”
- (Riwayat Imam at-Tirmizi. Kata Imam at-Tirmizi, hadis ini soheh).
Menurut ulamak; Kemungkinan kedua-dua mereka telah melihat datuk mereka (yakni Nabi s.a.w.) memakai cincin di tangan kiri, lalu mereka mengikutinya.
4. Mana yang paling baik, memakainya di tangan kanan atau di tangan kiri? Menurut Imam Nawawi; ulamak-ulamak Salaf ramai yang memakainya di tangan kanan dan tidak kurang ramai juga yang memakainya di tangan kiri. Imam Malik menyukai memakainya di tangan kiri dan ia memakruhkan memakainya di tangan kanan. Di kalangan ulamak-ulamak mazhab Syafi’ie terdapat khilaf; ada yang menyukai di tangan kanan dan ada yang menyukai di tangan kiri. Namun yang rajih ialah; memakainya di tangan kanan kerana cincin adalah perhiasan, maka tangan kanan lebih mulia dan lebih berhak diberi perhiasan dan dimuliakan dari tangan kiri.
- (Syarah Soheh Muslim)
5. Mengenai jari pula, sepakat para ulamak menyebutkan; sunat cincin dipakai di jari kelingking berdalilkan hadis dari Anas r.a. yang menceritakan; “Adalah Nabi s.a.w. memakai cincinnya di jari ini, sambil beliau (yakni Anas) menunjukkan pada jari kelingking di tangan kirinya”.
- (Riwayat Imam Muslim)
Terdapat hadis melarang memakai cincin di jari telunjuk dan jari tengah, iaitu hadis dari Saidina Ali yang menceritakan; “Rasulullah s.a.w. telah menegahku dari memakai cincin di jari ini atau jari sebelahnya, sambil ia (yakni Ali) menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya.”
- (HR Imam Muslim, at-Tirmizi dan an-Nasai)
Namun menurut ulamak; Larangan di dalam hadis di atas adalah larangan makruh, bukan larangan haram.
- (Syarah Soheh Muslim)
6. Bagi kaum wanita, harus memakai cincin pada mana-mana jari tanpa makruh.
- (Syarah Soheh Muslim, Tuhfah al-Ahwazi, 'Aunul-Ma'bud)
Wallahu a’lam.
Rujukan;
1. Syarah Soheh Muslim, Imam an-Nawawi, Juz. 14, kitab al-Libas wa az-Zinah, bab Fi Khatam al-Wariq Fassuhu Habasyiy.
2. Tuhfah al-Ahwazi, juz. 4, bab Karahiyati at-Takhattum fi al-Usbu’aini.
3. ‘Aunul-Ma’bud, juz. 9, bab Ma Ja-a Fi Khatamil-Hadiid.
Credit to: USTAZ AHMAD ADNAN FADZIL
http://ilmudanulamak.blogspot.com/
Bagaimana cara memakai cincin yang mengikut sunnah? Memakai di tangan kanan atau kiri dan di jari mana?
Jawapan:
1. Memakai cincin harus di tangan kanan dan juga tangan kiri.
Menurut Imam an-Nawawi; “Telah ijmak para ulamak bahawa harus memakai cincin di tangan kanan atau tangan kiri. Di sebelah mana kita memakainya tidaklah dimakruhkan.”
- (Syarah Soheh Muslim).
Merujuk kepada hadis-hadis, terdapat hadis menceritakan Nabi memakai cincin di tangan kanannya dan ada juga hadis baginda memakainya di tangan kiri.
2. Dalil keharusan memakai cincin di tangan kanan ialah:
a) Dari Saidina Ali r.a. menceritakan; “Sesungguhnya Nabi s.a.w. memakai cincinnya di tangan kanannya”.
- (Riwayat Imam at-Tirmizi)
b) Hammad bin Salamah menceritakan; “Aku telah melihat Abi Rafi’ memakai cincin di tangan kanannya, maka aku bertanya kepadanya tentang hal tersebut. Lalu ia menjawab; ‘Kerana aku telah melihat Abdullah bin Jaafar r.a. (seorang sabahat) memakai cincin di tangan kanannya dan ia (yakni Abdullah) berkata kepadaku; ‘Adalah Rasulullah s.a.w. memakai cincin di sebelah tangan kanannya’”.
- (Riwayat Abu Daud, at-Tirmizi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
3. Adapun dalil bagi tangan kiri;
a) Dari Anas dan Ibnu Umar keduanya menceritakan; “Adalah Nabi s.a.w. memakai cincin di tangan kirinya”.
- (Riwayat Imam Muslim dari Anas dan Abu Daud dari Ibnu Umar)
b) Dari Jaafar bin Muhammad yang meriwayatkan dari bapanya yang menceritakan; “Adalah Hasan dan Husain (cucu Nabi), kedua-dua mereka memakai cincin di tangan sebelah kiri mereka.”
- (Riwayat Imam at-Tirmizi. Kata Imam at-Tirmizi, hadis ini soheh).
Menurut ulamak; Kemungkinan kedua-dua mereka telah melihat datuk mereka (yakni Nabi s.a.w.) memakai cincin di tangan kiri, lalu mereka mengikutinya.
4. Mana yang paling baik, memakainya di tangan kanan atau di tangan kiri? Menurut Imam Nawawi; ulamak-ulamak Salaf ramai yang memakainya di tangan kanan dan tidak kurang ramai juga yang memakainya di tangan kiri. Imam Malik menyukai memakainya di tangan kiri dan ia memakruhkan memakainya di tangan kanan. Di kalangan ulamak-ulamak mazhab Syafi’ie terdapat khilaf; ada yang menyukai di tangan kanan dan ada yang menyukai di tangan kiri. Namun yang rajih ialah; memakainya di tangan kanan kerana cincin adalah perhiasan, maka tangan kanan lebih mulia dan lebih berhak diberi perhiasan dan dimuliakan dari tangan kiri.
- (Syarah Soheh Muslim)
5. Mengenai jari pula, sepakat para ulamak menyebutkan; sunat cincin dipakai di jari kelingking berdalilkan hadis dari Anas r.a. yang menceritakan; “Adalah Nabi s.a.w. memakai cincinnya di jari ini, sambil beliau (yakni Anas) menunjukkan pada jari kelingking di tangan kirinya”.
- (Riwayat Imam Muslim)
Terdapat hadis melarang memakai cincin di jari telunjuk dan jari tengah, iaitu hadis dari Saidina Ali yang menceritakan; “Rasulullah s.a.w. telah menegahku dari memakai cincin di jari ini atau jari sebelahnya, sambil ia (yakni Ali) menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya.”
- (HR Imam Muslim, at-Tirmizi dan an-Nasai)
Namun menurut ulamak; Larangan di dalam hadis di atas adalah larangan makruh, bukan larangan haram.
- (Syarah Soheh Muslim)
6. Bagi kaum wanita, harus memakai cincin pada mana-mana jari tanpa makruh.
- (Syarah Soheh Muslim, Tuhfah al-Ahwazi, 'Aunul-Ma'bud)
Wallahu a’lam.
Rujukan;
1. Syarah Soheh Muslim, Imam an-Nawawi, Juz. 14, kitab al-Libas wa az-Zinah, bab Fi Khatam al-Wariq Fassuhu Habasyiy.
2. Tuhfah al-Ahwazi, juz. 4, bab Karahiyati at-Takhattum fi al-Usbu’aini.
3. ‘Aunul-Ma’bud, juz. 9, bab Ma Ja-a Fi Khatamil-Hadiid.
Credit to: USTAZ AHMAD ADNAN FADZIL
http://ilmudanulamak.blogspot.com/
Action And Circumstance
You determine your actions, and your actions determine you. No matter where you are or what activity you're involved in, no matter how limited or restricted your situation may be, you can fully determine how you will act within that situation.
No circumstance can hold you back when your actions are focused on reaching your goals. Wherever you may be right now, there is a path that will lead you to where you want to be. At first, it may be difficult to see. Yet once you commit to following that path, the way becomes more clear every day.
The actions you take determine the quality of your life. Certainly, many outside factors have an influence on you. Whether their influence is positive or negative, is completely up to you. The energy of life comes to you. You must decide what to do with it, and make the effort to use it.
You will never be able to completely control your circumstances. Yet by your actions, you can always create precisely the life you want from whatever you have to work with.
-Ralph Marston
No circumstance can hold you back when your actions are focused on reaching your goals. Wherever you may be right now, there is a path that will lead you to where you want to be. At first, it may be difficult to see. Yet once you commit to following that path, the way becomes more clear every day.
The actions you take determine the quality of your life. Certainly, many outside factors have an influence on you. Whether their influence is positive or negative, is completely up to you. The energy of life comes to you. You must decide what to do with it, and make the effort to use it.
You will never be able to completely control your circumstances. Yet by your actions, you can always create precisely the life you want from whatever you have to work with.
-Ralph Marston
Saturday, July 14, 2012
Wednesday, July 4, 2012
Masalah Berkenaan Puasa
Soalan:
1. Bolehkah seseorang itu menitikkan ubat ke atas bibir mulutnya yang sakit (ulcer mulut) ketika berpuasa?
2. Bolehkah seseorang itu menggosok gigi menggunakan ubat pada waktu pagi sebelum pergi bekerja?
3. Apakah batal puasa dan solat seseorang yang menelan air liurnya ketika menunaikan solat dalam waktu berpuasa?
4. Seorang yang mengidap gastrik sering meludah kerana katanya air liurnya kerap keluar dan rasanya agak masam/pahit. Apakah ia boleh menelannya dan air liur yang bagaimana tidak dibenarkan ditelan ketika berpuasa?
Jawapan:
1. Menitik ubat ke bibir adalah harus dengan syarat menjaganya jangan sampai tertelan. Jika tertelan, batallah puasa.
2. Menggunakan ubat gigi semasa sedang berpuasa adalah harus. Pada zaman Nabi s.a.w., kayu siwak yang digunakan juga mempunyai rasa dan jirim dan tidak ada ulamak melarangnya ke atas orang yang berpuasa. Namun, sebagaimana syarat di atas; hendaklah dijaga jangan sampai tertelan. Jika tertelah, batal puasa.
3. Menelan air liur tidaklah membatalkan puasa, begitu juga tidak membatalkan solat, kecualilah jika air liur itu bercampur dengan makanan. Jika air liur bercampur makanan, wajiblah diluahkan. Jika ditelan, batallah puasa.
4. Jika dirasai air liur ada bercampur dengan sesuatu sama ada yang datang dari luar atau datang dari dalam (seperti air/muntah yang terbit dari perut, kahak/gelema, darah dari gusi atau sebagainya), wajiblah diluahkan. Jika tidak bercampur sesuatu (yakni semata-mata air liur) tidak mengapa ditelan.
Wallahu a’lam.
Credit to: USTAZ AHMAD ADNAN FADZIL
1. Bolehkah seseorang itu menitikkan ubat ke atas bibir mulutnya yang sakit (ulcer mulut) ketika berpuasa?
2. Bolehkah seseorang itu menggosok gigi menggunakan ubat pada waktu pagi sebelum pergi bekerja?
3. Apakah batal puasa dan solat seseorang yang menelan air liurnya ketika menunaikan solat dalam waktu berpuasa?
4. Seorang yang mengidap gastrik sering meludah kerana katanya air liurnya kerap keluar dan rasanya agak masam/pahit. Apakah ia boleh menelannya dan air liur yang bagaimana tidak dibenarkan ditelan ketika berpuasa?
Jawapan:
1. Menitik ubat ke bibir adalah harus dengan syarat menjaganya jangan sampai tertelan. Jika tertelan, batallah puasa.
2. Menggunakan ubat gigi semasa sedang berpuasa adalah harus. Pada zaman Nabi s.a.w., kayu siwak yang digunakan juga mempunyai rasa dan jirim dan tidak ada ulamak melarangnya ke atas orang yang berpuasa. Namun, sebagaimana syarat di atas; hendaklah dijaga jangan sampai tertelan. Jika tertelah, batal puasa.
3. Menelan air liur tidaklah membatalkan puasa, begitu juga tidak membatalkan solat, kecualilah jika air liur itu bercampur dengan makanan. Jika air liur bercampur makanan, wajiblah diluahkan. Jika ditelan, batallah puasa.
4. Jika dirasai air liur ada bercampur dengan sesuatu sama ada yang datang dari luar atau datang dari dalam (seperti air/muntah yang terbit dari perut, kahak/gelema, darah dari gusi atau sebagainya), wajiblah diluahkan. Jika tidak bercampur sesuatu (yakni semata-mata air liur) tidak mengapa ditelan.
Wallahu a’lam.
Credit to: USTAZ AHMAD ADNAN FADZIL
Power Decisions
Add power to your decisions by acting on them immediately.
When you make a choice to follow a particular path, start doing it right away, not by jumping blindly into it, but by taking the appropriate first step without hesitation.
Commitment comes from action. Deciding in your mind is not enough to seal your commitment. When you delay taking action, it becomes less and less likely that your decision will ever be transformed into reality.
Give power to your choices by giving them your efforts. There is always a first step to be taken, something that can be done right away. As soon as you start to act, you have created momentum. Once in motion, you are much more likely to stay in motion.
So don't just think about it. Get up and do it. Right now!
-Ralph Marston
When you make a choice to follow a particular path, start doing it right away, not by jumping blindly into it, but by taking the appropriate first step without hesitation.
Commitment comes from action. Deciding in your mind is not enough to seal your commitment. When you delay taking action, it becomes less and less likely that your decision will ever be transformed into reality.
Give power to your choices by giving them your efforts. There is always a first step to be taken, something that can be done right away. As soon as you start to act, you have created momentum. Once in motion, you are much more likely to stay in motion.
So don't just think about it. Get up and do it. Right now!
-Ralph Marston
Minuman Yang Dimasuki Semut
Soalan:
Bangkai semut yang masuk dalam minuman, apa hukumnya meminum air tersebut?
Jawapan:
Semut adalah binatang yang tidak mengalir darahnya. Bangkai semut adalah najis yang dimaafkan. Namun, masuk semut pada minuman itu, hukumnya ada 2 keadaan:
1) Semut masuk dalam keadaan sudah mati
Semut itu sudah menjadi bangkai tetapi jika masuk atas ikhtiar manusia, seperti memasukkan gula yang ada bangkai semut, maka air itu najis, tidak boleh diminum. Kalau masuk bukan ikhtiar manusia, contoh seperti ditiup angin selagi tidak mengubah sifat air, maka boleh diminum dengan syarat membuang dulu bangkai semut itu.
2) Semut masuk dalam keadaan hidup
Jika semut itu mati sendiri di dalam air, atas sebab ikhtiar manusia, maka air itu najis dan tidak boleh diminum. Ini boleh berlaku kerana air itu ditapis atau memasukkan gula yang ada semut, atau memasukkan air yang di dalam cawan mengandungi semut. Jika bukan dengan ikhtiar manusia, seperti ia masuk dengan sendirinya atau ditiup angin, maka tidak najis dan boleh diminum dengan syarat bangkai semut itu dibuang dahulu.
Dipetik dari:-
http://fekah.blogspot.com/2006/12/hukum-minuman-yang-dimasuki-semut.html
Bangkai semut yang masuk dalam minuman, apa hukumnya meminum air tersebut?
Jawapan:
Semut adalah binatang yang tidak mengalir darahnya. Bangkai semut adalah najis yang dimaafkan. Namun, masuk semut pada minuman itu, hukumnya ada 2 keadaan:
1) Semut masuk dalam keadaan sudah mati
Semut itu sudah menjadi bangkai tetapi jika masuk atas ikhtiar manusia, seperti memasukkan gula yang ada bangkai semut, maka air itu najis, tidak boleh diminum. Kalau masuk bukan ikhtiar manusia, contoh seperti ditiup angin selagi tidak mengubah sifat air, maka boleh diminum dengan syarat membuang dulu bangkai semut itu.
2) Semut masuk dalam keadaan hidup
Jika semut itu mati sendiri di dalam air, atas sebab ikhtiar manusia, maka air itu najis dan tidak boleh diminum. Ini boleh berlaku kerana air itu ditapis atau memasukkan gula yang ada semut, atau memasukkan air yang di dalam cawan mengandungi semut. Jika bukan dengan ikhtiar manusia, seperti ia masuk dengan sendirinya atau ditiup angin, maka tidak najis dan boleh diminum dengan syarat bangkai semut itu dibuang dahulu.
Dipetik dari:-
http://fekah.blogspot.com/2006/12/hukum-minuman-yang-dimasuki-semut.html